MENJAMU BENUA
Menjamu Benua adalah upacara sebagai pemberitahuan kepada yang maha kuasa (dahulu kepada Dewa-dewa penguasa alam) bahwa Raja/Sultan akan melakukan pesta rakyat dengan memohon keselamatan. Menjamu Benua, bisa dilakukan beberapa hari sebelum erau dimulai, yaitu dengan melakukan upacara di 3 tempat, yaitu :
- Di Kepala Benua (Kampong Mangkurawang)
- Di Tengah Benua (Kampong Panji)
- Di Buntut Benua (Kampong Timbalu)
TEPONG TAWAR
Upacara Tepong Tawar dilakukan pada hari pertama Erau, yaitu di mulai dengan acara mendirikan Ayu, sebagai tanda bahwa Erau telah di mulai. Saat itu dilakukan pula acara tepong Tawar kepada sesepuh atau pejabat untuk mendapatkan keselamatan dalam memimpin pemerintahan dan rakyatnya. Tata caranya, yaitu dengan mendudukkan para sesepuh atau pejabat tersebut pada sebuah balai yang terbuat dari bambu kuning berkaki atau bertiang sebanyak 31 atau 41.
Upacara Tepong Tawar ini di pimpin oleh seorang pawang atau yang biasa disebut Dewa. Selesai upacara tepong tawar, kepada para sesepuh dan pejabat, kemudian dilakukan pula upacara tepong tawar benda-benda tua atau barang tua peninggalan para leluhur sebagai pensuci terhadap benda-benda pusaka. Barang-barang tersebut semuanya masih berada di mesium Negeri Mulawarman, antara lain :
- Tali Juwita
- Kalung Uncul
- Keris Buritkang
- Gong Raden Galuh
- Gamelan Gajah Perwata
- Meriam Sapu Jagat
- Meriam Sari gunung
- Gamelan Eyang Ayu
- Dll
- Tambakan nasi ketan 6 piring makan
- Tambakan nasi ketan 6 piring kecil
- Panggang Ayam 1 ekor
- Ayam Hidup 1 ekor
- Peduduk selengkapnya (Berisi beras, Kelapa, Gula merah, Sirih, Kapur/Penginangan, Benang lawai, buah pisang)
- Jambak dan Ringgitan
- Telur ayam kampung 7 butir
- Juntaian.
Adat dan Kesenian Kutai dilakukan pada malam hari di Istana/Keraton Kutai, dihadiri oleh seluruh kerabat Sultan dan para Tokoh pemuka masyarakat/Pejabat.
- Acara di mulai dengan Belian Bekenjong dengan mengelilingi serinding.
- Kemudian dilanjutkan dengan tari Belian dan Dewa Memuja Ayu, Maksud kedua tarian ini adalah untuk memberitahukan kepada para Dewa agar turut serta turun kebumi dalam suasana suka cita peserta erau serta memberikan semangat kepada para hadirin.
- Setelah itu dilakukan pula tari dewa memanah sambil mengelilingi karang, Tari Dewa Memanah terkandung maksud agar dunia/alam ini bersih dari segala macam gangguan, malapetaka dan bahaya yang dapat menimbulkan kesengsaraan terhadap manusia.
- Selain tari Dewa Memanah juga di lakukan tari Dewa Besaong Manok (adu ayam).
- Pada bagian lain, merupakan acara lanjutan kesenian Adat Kutai ini dilakukan Dewa menurunkan sanghiyang Sri Gamboh dan Pangeran Sri Ganjur, Pada saat itulah dimulainya tarian Baganjur, yang di lakukan oleh para kerabat keratin serta undangan lainnya.
- Menjelang berakhirnya acara Beganjur, maka para Dewa kembali memulangkan Sanghiyang Sri Gamboh dan Pangeran Sri Ganjur yang di pimpin oleh salah seorang keluarga sesepuh Adat Kutai.
Pada hari ke enam malam ke tujuh penutupan, di lakukan acara selain yang disebutkan diatas tadi, yaitu acara Besawai, dimana para pangkon, membawa beras Sri Weja Kuning, kemudian diserahkan kepada salah seorang sesepuh Adat untuk Bekanjar sambil menaburkan beras Sri Weja Kuning kepada pengunjung yang hadir. Pada saat itulah mulai ramai para pengunjung dan hadirin saling berlempar-lemparan beras yang telah disediakan. Setelah Bekanjar laki-bini selesai, maka dilakukan Berpesiang Teluk dan Rantau, yang di lakukan oleh tukang belian. Acara dilanjutkan kembali dengan Seluang Mudik, dimana lelaki sama lelaki berlempar beras, sedang perempuan dengan perempuan juga berlempar beras. Suasana bertambah ramai menjelang pagi (subuh). usai Seluang Mudik, para Dewa dan Tukang Belian melakukan kegiatan Menjala secara berkeliling di keraton dan kemudian di lakukan pula acara Menjuluk Buah Bawar.
Sebagai penutup acara Adat dan Kesenian Kutai, pada malam/pagi hari itu, di akhiri dengan pembacaan do'a. Dengan demikian maka berakhirlah sudah seluruh Upacara Adat Erau. Besok harinya akan di lakukan Upacara Ngulur Naga, yang diberangkatkan dari Tenggarong menuju Desa Kutai Lama.
Acara ini merupakan simbolis mengenang kembali peristiwa kehadiran Puteri Karang Melenu yang menjadi istri Permaisuri Aji Batara Agung Dewa Sakti, yang selanjutnya menurunkan raja-raja/Sultan Kutai Kartanegara.
Acara Mengulur Naga akan menjadi puncak pesta kegembiraan rakyat, karena pada saat itu orang hadir mengikuti acara ini, akan melakukan siram-siraman air, maksudnya adalah untuk mensucikan diri mereka yang hadir dan terlibat di dalam lokasi Belimbur tersebut tidak boleh marah apabila badannya basah tersiram oleh orang lain.